TIGA LANDASAN UTAMA

 TIGA LANDASAN UTAMA

 

Penulis: Al-Ustadz Abu Isma’il Muslim Atsari (Anggota Sidang Redaksi Majalah As-Sunnah dan Mudir Ma’had Abdullah bin Abbas As-Salafy, Sragen)

 

Telah kita ketahui bersama bahwa ilmu merupakan kewajiban hamba yang pertama kali. Kemudian kita juga perlu tahu bahwa ilmu yang wajib ’ain, yaitu setiap orang harus tahu, adalah:

  1. Ma’rifatullah (mengenal Allah)

  2. Ma’rifatun-Nabi (mengenal Nabi-Nya)

  3. Ma’rifatud-Dien (mengenal Agama-Nya)

Inilah yang disebut dengan Al-Ushuluts-Tsalatsah (Tiga Landasan Utama). Tiga ilmu inilah yang wajib kita pelajari pertama kali. Karena ketiga perkara ini akan di tanyakan kepada setiap manusia di dalam kuburnya. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad sebagai berikut:

 

(( Dari Al-Bara’ bin ’Azib, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda: ”Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin, jika dia akan meninggalkan dunia ini dan menuju akhirat, turun kepadanya malaikat-malaikat dari langit, wajah-wajah meraka putih, wajah-wajah mereka seolah-olah matahari. Mereka membawa kafan dari kafan-kafan surga dan minyak wangi dari surga. Sehingga para malaikat itu duduk dari hamba yang mukmin itu sejauh mata memandang.

Dan datanglah Malaikat Maut ’Alaihis-Salam, sehingga dia duduk di dekat kepalanya, lalu berkata: ”Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya!” Maka nyawa itupun keluar. Ia mengalir sebagaimana tetesan air mengalir dari mulur qirbah (wadah untuk menyimpan air yang terbuat dari kulit), lalu Malaikat Maut itu memegangnya.

Setelah Malaikat Maut itu memegangnya, mereka (para malaikat yang berwajah putih itu) tidak membiarkan nyawa itu –sekejap mata- di tangannya, sehingga mereka mengambilnya, dan meletakkannya pada kafan surga itu, dan pada minyak wangi surga itu. Dan keluarlah darinya bau minyak wangi paling wangi yang didapati di atas bumi.

Kemudian, mereka naik membawa nyawa tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok para malaikat kecuali kelompok malaikat itu bertanya: ”Ruh siapakah yang baik ini?’ Mereka menjawab: ”Si Fulan anak Si Fulan”, dengan nama terbaik yang dia dahulu diberi nama di dunia. Sehingga mereka membawa nyawa itu sampai ke langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan untuk nyawa tersebut. Maka, langit dunia dibukakan untuknya.

Kemudian para penghuni pada tiap-tiap langit mengiringi nyawa itu sampai ke langit selanjutnya. Sehingga, para malaikat membawa nyawa itu di langit yang ke tujuh. Lalu Allah berfirman:

Tulislah kitab (catatan) hamba-Ku di dalam ’illiyyin (kitab catatan amal orang mukmin), dan kembalikanlah dia ke bumi. Karena sesungguhnya dari bumi Kami telah menciptakan mereka, dan darinya Kami akan mengeluarkan mereka pada waktu yang lain.”

Maka, ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Kemudian, dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya:

  • Kedua malaikat itu bertanya: ”Siapakah Rabbmu?

  • Dia menjawab: ”Rabbku (Tuhanku) adalah Allah.”

  • Kedua malaikat itu bertanya: ” Apakah agamamu?

  • Dia menjawab: ”Agamaku adalah al-Islam.”

  • Kedua malaikat itu bertanya: ”Siapakah laki-laki yang telah di utus kepada kamu ini?

  • Dia menjawab: ”Beliau utusan Allah.”

  • Kedua malaikat itu bertanya: “Apakah ilmumu?

  • Dia menjawab: ”Aku membaca Kitab Allah, aku mengimaninya, dan membenarkannya.

Maka, seorang penyeru menyeru dari langit:

Hamba-Ku telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah untuknya sebuah pintu surga.”

Kemudian, datanglah kepadanya bau surga dan wanginya surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan: ”Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan).” Maka, ruh orang mukmin itu bertanya kepadanya: ”Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan? Dia menjawab: ”Aku adalah amalmu yang shalih.” Maka, ruh itu berkata: ”Rabbku (Tuhanku), datangkanlah hari kiamat sehingga aku akan kembali kepada istri dan hartaku.”

Dan sesungguhnya, seorang hamba yang kafir, jika dia akan meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turun kepadanya malikat-malaikat yang memiliki wajah-wajah yang hitam.

Mereka membawa pakaian-pakaian dari rambut, sehingga duduk sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut, sehingga duduk di dekat kepalanya, lalu berkata: ”Wahai nafs (jiwa; ruh; nyawa) yang keji, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya!” Maka, nyawa itupun bercerai-berai di dalam jasadnya. Maka, Malaikat Maut mencabutnya, sebagaimana dicabutnya gancu (besi-besi bercabang yang dibengkokkan ujungnya) dari wol yang basah. Lalu, Malaikat Maut itu memegangnya.

Setelah Malaikat Maut itu memegangnya, mereka (para malaikat yang berwajah nitam itu) tidak membiarkan nyawa itu –sekejap mata- di tangannya, sehingga mereka mengambilnya, dan meletakkannya pada pakaian-pakaian dari rambut itu. Dan keluarlah darinya seperti bau bangkai yang paling busuk yang didapati di atas bumi.

Kemudian mereka naik membawa mayat tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali itu bertanya: ”Ruh siapakah yang keji ini?” Mereka menjawab: ”Si Fulan anak Si Fulan”, dengan nama terburuk yang dia dahulu diberi nama di dunia. Sehingga mereka membawa nyawa itu sampai ke langit dunia. Kemudia minta dibukakan, tetapi langit dunia tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam membaca:

لا تفتَح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنَة حتَى يلج المل في سم الخياط

Sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk lubang jarum.” (QS. Al-A’raf: 40)

Lalu Allah ’Azza wa Jalla berfirman: ”Tulislah kitab (catatan) hamba-Ku di dalam sijjin (kitab catatan amal orang kafir) di bumi yang bawah.”

Kemudian nyawanya dilempar dengan keras. Lalu Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam membaca:

Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)

Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya:

  • Kedua malaikat itu bertanya: ”Siapakah Rabbmu?”

  • Dia menjawab: ”Hah, hah, aku tidak tau.”

  • Kedua malaikat itu bertanya: ”Apakah agamamu?

  • Dia menjawab: ”Hah, hah, aku tidak tahu.”

  • Kedua malaikat itu bertanya: ”Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?

  • Dia menjawab: ”Hah, hah, aku tidak tahu.”

Maka seorang penyeru menyeru dari langit:

Dia telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka.

Maka datanglah kepadanya panasnya neraka dan asapnya. Dan kuburannya disempitkan atasnya, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan: ”Terimalah kabar dengan apa yang menyusahkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (keburukan).” Maka, ruh orang kafir itu bertanya kepadanya: ”Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?”. dia menjawab: ”Aku adalah amalanmu yang buruk.” Maka ruh itu berkata: ”Rabbku, janganlah engkau tegakkan hari kiamat.”)) (Kitab Shahih al-Jami’ Ash-Shaghir, No. 1672)

Karena pentingnya ilmu tentang tiga perkara di atas, maka Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi wa Sallam menjanjikan surga bagi orang yang mengetahuinya, mengamalkannya, dan selalu mengulang-ulang dzikir ynang disebutkan di dalam sabda Rasulullah Shallallahu ’Alauihi wa Sallam:

من قال رضيت باالله ربَأ وبالإسلام دينا وبمحَد رسولا وجبت له الجنَة

Barangsiapa mengatakan “Radlitubillahi Rabba, wa bil Islaami Diina, wa bi Muhammadir-Rasuula” [Aku ridha Allah sebagi sesembahan(ku), dan Islam sebagai agama(ku), dan Muhammad sebagai Rasul(ku)] Surga pasti baginya.” (Hadits Shahih riwayat Abu Dawud, No. 1529)

Maka hendaklah kita berusaha memahami tiga landasan utama ini sebenarnya-benarnya.

 

[ Disadur dari Buletin Dakwah Nurrussunnah, edisi: 08/ I/ Muharram/ 1426 H – Februari/ 2005 M. Diterbitkan setiap Jum’at di bawah Yayasan Ibnu Abbas, Beku, Kliwonan, Masaran, Sragen. Tim Redaksi, Staf Ahli: Ustadz Muslim Atsari, Ketua: Abu Ibrahim, Sekretaris: Abu Ubaidillah, Bendahara: Abdul Hamid, Distribusi: Tsalits Abdul Khaliq. ]v

Posted on 18 September 2007, in aqidah islam. Bookmark the permalink. 1 Komentar.

  1. jazakumullahu khoiron katsiro atas ibrah antum di web ini,moga kita menjadi ahlul jannah.amin

Tinggalkan komentar